Mungkin mayoritas orang masih akan berpendapat bahwa game atau permainan itu berpengaruh negatif terhadap perkembangan anak. Namun sebaliknya, pemikiran bahwa anak butuh pendekatan lewat game-game interaktif yang membantu proses belajarnya sudah muncul sejak tahun 1800-an.
Friedrich Fröbel, tokoh penemu konsep 'Taman Kanak-kanan' (TK) merekomendasikan teknik pengajaran dengan menggunakan game atau aktivitas permainan. Pendapat ini kemudian didukung oleh konsep-konsep dari para pendidik terkenal sepanjang sejarah, seperti Maria Montessori, John Dewey, Heqin Chen, dan banyak lainnya.
Dengan demikian, pertanyaan mendasar di artikel ini sebenarnya telah terjawab yakni pemakaian game dan aktivitas permainan dapat mendukung proses belajar anak. Apakah hal demikian juga berlaku saat kita mengajarkan materi bahasa Inggris?
Mengacu pada konsep di atas, sejumlah peneliti akademis pun mulai fokus untuk menelaah pentingnya penggunaan game dalam proses belajar. Mereka menyimpulkan bahwa media game berguna sebagai alat pendidikan, terlebih dalam pembelajaran bahasa, baik secara formal maupun informal.
Faktor utama yang membuat game menjadi alat pendidikan ideal adalah terciptanya suasana menyenangkan selama proses belajar sehingga memberikan kenyamanan bagi anak saat belajar.
Berbeda dengan penyampaian materi pembelajaran konvensional yang kerap meminta anak untuk menghafal dan berlatih dalam waktu lama sekaligus membosankan. Dari proses tersebut, anak akan mulai mengembangkan pemikiran bahwa belajar bahasa adalah suatu pelajaran sulit, alias tidak menyenangkan.
Akhirnya, para peneliti akademis pun mulai merampungkan metode permainan edukatif yang secara cermat 'mendorong' anak untuk lebih tertarik terhadap konten atau materi pelajarannya.
Jika anak sudah mulai terpapar dengan konsep permainan yang menyenangkan, maka dengan sendirinya mereka juga melihat proses pembelajaran bahasanya itu layaknya suatu game saja.
Konsep permainan konstruktif ini secara tidak langsung memberi manfaat bagi perkembangan intelektual, fisik, sosial, dan emosional para anak.
Seperti contoh, permainan yang mendorong anak berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan sosial demikian yang menjadi tujuan utama dari pendidikan anak usia dini secara efektif.
Pada umumnya, anak memiliki fokus perhatian yang pendek atas suatu hal. Melalui proses pembelajaran dengan game, perhatian mereka menangkap materi secara singkat dan bertahap.
Ada baiknya kita menggunakan jenis game atau permainan yang menghadirkan berbagai tahap tantangan singkat bagi si anak.
Anak-anak lebih menikmati tantangan yang diberikan via game. Terlebih saat mereka dihadapkan pada sisi kompetisi untuk bersaing dengan sesama murid lainnya, atau memperebutkan skor terbaik.
Tidak hanya anak bisa menangkap materi yang diajarkan tapi mereka mengungguli skor mereka sebelumnya atau mencapai suatu tujuan atau sasaran, permainan itu menyenangkan dan menarik bagi anak-anak.